Dengan nama
Allah, Yang Maha Pengasih lagi
Maha
Penyayang.
Aku mulai
membacakan dengan nama Dzat Yang
Mahatinggi.
Dengan memohon limpahan keberkahan
atas apa
yang Allah berikan dan karuniakan kepadanya
(Nabi
Muhammad SAW). Aku memuji dengan
pujian yang
sumbernya selalu membuatku menikmati.
Dengan
mengendarai rasa syukur yang
indah. Aku
pohonkan shalawat dan salam (rahmat
dan
kesejahteraan) atas cahaya yang disifati dengan
kedahuluan
(atas makhluk lain) dan keawalan (atas
seluruh
makhluk). Yang berpindah-pindah pada
orang-orang
yang mulia.
Aku memohon
kepada Allah karunia keridhaan
yang khusus
bagi keluarga beliau yang suci. Dan
umumnya bagi
para sahabat, para pengikut, dan
orang yang
dicintainya. Dan aku meminta tolong
kepada-Nya
agar mendapat petunjuk untuk menempuh
jalan yang
jelas dan terang. Dan terpelihara
dari
kesesatan di tempat-tempat dan jalan-jalan
kesalahan.
Aku sebar
luaskan kain yang baik lagi indah
tentang
kisah kelahiran Nabi SAW. Dengan merangkai
puisi
mengenai keturunan yang mulia sebagai
kalung yang
membuat telinga terhias dengannya.
Dan aku
minta tolong dengan daya Allah Ta‘ala dan
kekuatan-Nya
yang kuat. Karena, sesungguhnya tidak
ada daya dan
kekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah.
***
Setelah itu
aku berkata: Dia adalah junjungan
kita, Nabi
Muhammad bin Abdullah bin Abdil
Muththalib.
Namanya (nama Abdul Muthalib) adalah
Syaibatul
Hamdi, dan perilaku-perilakunya yang
luhur itu
terpuji. Ia putra Hasyim, yang nama sebenarnya
‘Amr, putra
Abdi Manaf, yang nama sebenar-
nya
Mughirah, yang keluhuran itu dicitrakan kepadanya
karena
kemuliaan nasabnya. Ia putra Qushay,
yang nama
sebenarnya Mujammi’. Disebut Qushaiy
karena
jauhnya (ia pergi) ke negeri Qudha‘ah yang
jauh. Sampai
Allah Ta‘ala mengembalikannya ke
tanah haram
(suci) dan terhormat, lalu Dia memeliharanya
dengan suatu
pemeliharaan yang sesungguhnya.
Ia putra
Kilab, nama sebenarnya Hakim, putra
Murrah,
putra Ka‘ab, putra Luayy, putra Fihr, yang
nama
sebenarnya Quraisy. Dan kepadanya dinasabkan
semua suku
Quraisy. Orang yang di atasnya
adalah dari
Kabilah Kinanah, sebagaimana pendapat
banyak
orang. Ia (Fihr) adalah putra Malik, putra
Nadhr, putra
Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudrikah,
putra Ilyas.
Dan Ilyas ini adalah orang pertama
yang
mengorbankan unta ke tanah haram (Baitul
Haram). Dan
di tulang punggungnya, terdengar Nabi
SAW menyebut
dan memenuhi panggilan Allah
Ta‘ala. Ia
(Ilyas) adalah putra Mudhar bin Nizar bin
Ma‘ad bin
Adnan.
Inilah
kalung yang butiran-butiran mutiaranya
terangkai
oleh sunnah yang tinggi. Untuk menyebutkan
orang-orang
di atasnya (di atas Adnan) sampai
kepada
Al-Khalil, Nabi Ibrahim, Syari‘ (yakni
Nabi)
menahan dan enggan menyebutnya. Dan tidak
diragukan
lagi, menurut orang-orang yang memiliki
ilmu nasab,
nasab Adnan sampai kepada Dzabih
(orang yang
akan disembelih), yakni Ismail.
Alangkah
agungnya nasab itu dari untaian permata
yang
bintangnya gemerlapan. Bagaimana tidak,
sedangkan
tuan yang paling mulia (Nabi Muhammad
SAW) adalah
pusatnya yang terpilih. Itulah nasab yang
diyakini
ketinggiannya karena kebersihannya. Bintang
Jauza‘
(Aries) telah merangkai bintang-bintangnya.
Alangkah
indahnya untaian kesempurnaan dan ke-
megahan,
sedangkan engkau padanya merupakan
permata
tunggal yang terpelihara.
Alangkah
mulianya keturunan yang disucikan
oleh Allah
Ta‘ala dari perzinaan Jahiliyyah. Zain Al-
Iraqi
menuturkan dan meriwayatkannya di dalam
karangannya
yang bagus. Tuhan memelihara nenek
moyangnya
yang mulia (dari perbuatan nista) karena
memuliakan
Muhammad, yaitu untuk menjaga
namanya.
Mereka meninggalkan perzinaan, maka
cacat
perzinaan itu tidak menimpa mereka, dari
Adam sampai
ayah-ibu beliau. Mereka adalah para
pemimpin
yang cahaya kenabian berjalan di garisgaris
dahi mereka
yang cemerlang. Dan jelaslah
cahayanya
(Nabi Muhammad) di dahi datuknya,
Abdul
Muththalib, dan anaknya, Abdullah.
***
Ketika Allah
Ta‘ala menghendaki untuk menampakkan
hakikatnya
yang terpuji, dan memunculkannya
sebagai
jasmani dan ruhani dalam bentuk dan
pengertiannya,
Dia memindahkannya ke tempat menetapnya
di kandungan
Aminah Az-Zuhriyyah, dan
Dzat Yang
Mahadekat dan Maha Memperkenankan,
mengkhususkannya
(Aminah) menjadi ibu makhluk
pilihan-Nya.
Diserukan di
langit dan di bumi bahwa ia (Aminah)
mengandungnya.
Dan berembuslah angin sepoisepoi
basah di
pagi hari. Setelah lama gersang, bumi
dipakaikan
sutra tebal dari tumbuh-tumbuhan. Buahbuah
menjadi
masak, dan pohon-pohon mendekati
orang yang
akan memetiknya. Setiap binatang suku
Quraisy
mengucapkan dengan bahasa Arab yang
fasih bahwa
beliau sedang dikandung. Singgasanasinggasana
raja dan
berhala menjadi tersungkur
pada muka
dan mulutnya. Binatang-binatang liar
bumi Timur
dan Barat serta binatang laut saling bertemu.
Seluruh alam
merasakan kesenangan
Jin
memberitakan dekatnya masanya (masa kelahiran
beliau),
sedangkan juru tenung menjadi binasa
dan para
pendeta menjadi takut. Setiap orang
pandai dan
waspada, membicarakan beritanya dan
himpunan
kebaikannya yang membingungkan (alam).
Ibunya di
dalam tidur (mimpi) didatangi dan dikatakan
kepadanya,
“Sesungguhnya kamu mengandung
pemimpin
seluruh alam dan sebaik-baik manusia.
Apabila kamu
melahirkannya, namailah ia Muhammad
(artinya
orang yang terpuji), karena ia akan dipuji.”
***
Ketika genap
beliau dikandung dua bulan menurut
pendapat
yang diriwayatkan dan termasyhur,
ayahnya,
Abdullah, wafat di Madinah Al-Munawwarah.
Ia ketika
itu telah singgah pada pamanpamannya
dari Bani
‘Adiy yang termasuk kelompok
Najjar. Ia
tinggal di tempat mereka selama satu bulan
karena sakit
parah.
Ketika genap
beliau dikandung sembilan bulan
Qamariyah
menurut pendapat yang kuat, datanglah
masa
hilangnya haus. Pada malam kelahirannya,
Asiyah dan
Maryam datang kepada ibunya bersama
sekelompok
perempuan dari Hadhiratul Qudsiyyah.
Lalu Aminah
merasakan sakitnya orang yang mau
melahirkan,
kemudian ia melahirkan beliau dengan
cahayanya
yang cemerlang. Wajahmu bagaikan
matahari
yang menyinari, yang karenanya malam
menjadi
terang benderang.
Malam
kelahiran beliau membawa kegembiraan
dan
kemegahan bagi agama, tetapi dalam pandangan
orang-orang
kafir tidak disukai dan merupakan wabah
atas mereka.
Yaitu, saat putri Wahab memperoleh kemegahan
dengan
melahirkannya yang tidak diperoleh
wanita-wanita
lain. Aminah membawa kepada kaumnya,
orang yang
lebih utama daripada yang dikandung sebelumnya
oleh Maryam
yang perawan.
Terus-menerus
kabar gembira memberitakan
bahwa insan
pilihan telah dilahirkan dan benarlah
kegembiraan
itu. Demikianlah, para imam yang
memiliki
riwayat dan pemikiran, memandang baik
untuk berdiri
ketika menyebutkan kelahirannya yang
mulia. Maka
kebaikanlah yang didapatkan orang
yang
penghormatannya terhadap Nabi SAW sampai
ke puncak
harapan dan tujuan.
***
Beliau lahir
dengan meletakkan kedua tangannya
di atas
tanah dengan mengangkat kepalanya ke
langit yang
tinggi. Dengan mengangkatnya itu beliau
mengisyaratkan
kepemimpinannya (atas makhluk)
dan
ketinggian (akhlaq)-nya. Beliau juga mengisyaratkan
ketinggian
derajatnya atas seluruh
manusia. Dan
sesungguhnya beliau adalah orang
yang
dicintai dan baik naluri dan perangainya.
Ibunya
memanggil Abdul Muththalib yang ketika
itu sedang
thawaf pada bangunan itu (Ka‘bah). Lalu
ia datang
segera dan memandangnya, dan ia
memperoleh
kegembiraan yang dicita-citakannya.
Abdul
Muththalib lalu memasukkannya ke Ka‘bah
yang
cemerlang dan mulai berdoa dengan niat yang
tulus
(ikhlas). Ia bersyukur kepada Allah Ta‘ala atas
apa yang
telah dianugerahkan dan diberikan kepadanya.
Beliau
dilahirkan dalam keadaan bersih, telah
dikhitan,
dan dipotong pusatnya dengan tangan
(kekuasaan)
Tuhannya. Harum, berminyak rambut,
dan sepasang
matanya telah bercelak dengan celak
dari Tuhan.
Dan ada pendapat yang mengatakan,
kakeknya
mengkhitankannya setelah tujuh malam.
Ia
selenggarakan walimah, memberi makan orang,
dan memberi
nama kepadanya Muhammad dan ia
muliakan
kedudukannya.
***
Ketika
beliau lahir, tampaklah beberapa hal yang
luar biasa
dan hal-hal ghaib yang asing sebagai
irhash
(hal-hal luar biasa yang Allah berikan kepada
seorang nabi
dan rasul sebelum diangkat) bagi kenabiannya
dan
pemberitahuan bahwa beliau adalah
orang yang
dipilih oleh Allah Ta‘ala. Langit ditambah
penjagaannya
dan ditolak darinya (dari langit) para
jin dan
setan. Bintang-bintang yang bersinar itu merajam
setiap setan
yang naik. Bintang-bintang yang
cemerlang menunduk
kepada beliau.
Lembah dan
bukit di Makkah tersinari dengan
cahayanya.
Bersama beliau keluarlah cahaya yang
menerangi
istana-istana kaisar di Syam (Syiria).
Maka orang
yang rumah dan tempat tinggalnya di
Makkah
melihatnya. Dan menjadi retak istana kaisar
di Madain
yang bangunannya ditinggikan dan dibangun
oleh
Anusyarwan. Empat belas menara
yang tinggi
roboh.
Kerajaan
Kisra binasa karena terkejut dengan
apa yang
menimpanya dan sampai kepadanya.
Padam pula
api yang disembah di Kerajaan Persi
karena munculnya
cahaya yang menerangi dan sinar
wajahnya.
Dan surutlah Danau Sawah yang terletak
di antara
Hamadzan dan Qum di negeri ‘Ajam
(negeri
non-Arab), keringlah sumber-sumber air itu
pada waktu
tercegahnya tetesan yang banyak
mengalir.
Dan meluaplah Lembah Samawah, dan
itu menjadi
keberuntungan terhadap tanah dan
padang
pasir. Sebelumnya di tempat itu tidak ada
air untuk
orang yang haus tenggorokannya.
Kelahiran
beliau adalah di tempat yang dikenal
dengan Irash
di Makkah. Dan negeri yang pohonnya
tidak
ditebang dan pohon-pohon perdunya tidak dipotong.
Ada
perbedaan pendapat mengenai tahun
kelahirannya,
bulan dan harinya. Tetapi pendapat
yang kuat
menyebutkan, kelahiran itu menjelang
fajar hari
Senin tanggal dua belas bulan Rabi‘ul
Awwal tahun
Gajah, kala itu Allah mencegah gajah
untuk sampai
ke Ka‘bah dan Dia menjaganya.
***
Ibunya
menyusuinya beberapa hari, kemudian
beliau
disusui oleh Tsuwaibah Al-Aslamiyah. Ia perempuan
yang telah
dimerdekakan oleh Abu Lahab
ketika ia
datang kepadanya memberitahukan kabar
gembira
kelahiran beliau. Tsuwaibah menyusui beliau
bersama
dengan anak laki-lakinya, Masruh dan
Abu Salamah,
dan ia memuliakan dan sayang kepada
beliau.
Sebelumnya ia menyusui Hamzah,
yang amalnya
terpuji dalam menolong agama Islam.
Beliau
mengirim kepadanya (kepada Tsuwaibah,
yakni
setelah beliau dewasa) belanja dan pakaian
dari Madinah
yang layak untuknya, sampai kematian
datang
kepadanya dan kubur menutupinya. Ada
pendapat
yang mengatakan, ia tetap mengikuti
agama
kaumnya, orang-orang Jahiliyyah. Tapi ada
pula yang
mengatakan, ia masuk Islam. Ibnu Mundah
menyebutkan
adanya perbedaan pendapat itu.
Kemudian
beliau disusui oleh Halimah As-Sa‘diyah.
Dulunya
setiap kaum menolak dan enggan menyusukan
bayinya
kepadanya karena miskinnya. Lalu kehidupannya
menjadi
lebih baik setelah sempit malam
sebelumnya
(artinya, dalam waktu sekejap setelah
menyusui
beliau, keadaannya sangat berubah).
Susunya
penuh dengan air susu. Bagian kanan
payudaranya
untuk menyusui Nabi Muhammad, dan
susu yang
lain untuk menyusui saudaranya (saudara
sepersusuan).
Maka Halimah menjadi kaya
setelah
sebelumnya kurus dan miskin. Unta dan
kambingnya
yang kurus menjadi gemuk. Dan hilanglah
semua
bencana dan musibah darinya. Kebahagiaan
menyulam
kerudung kehidupannya.
***
Beliau
tumbuh dalam sehari seperti pertumbuhan
anak kecil
dalam sebulan dengan perhatian Tuhan.
Beliau telah
berdiri di atas kedua telapak kakinya
pada usia
tiga bulan, berjalan pada usia lima bulan,
dan
kekuatannya telah kuat pada usia sembilan
bulan, dan
fasih ucapannya.
Lalu
malaikat membelah dadanya yang mulia ketika
beliau
tinggal dengan Halimah. Kedua malaikat itu
mengeluarkan
gumpalan darah dari dada itu. Keduanya
menghilangkan
bagian setan (bagian yang dapat
dimasuki
setan) dan keduanya mencucinya dengan
salju, lalu memenuhinya
dengan hikmah dan maknamakna
keimanan.
Kemudian keduanya menjahitnya
kembali dan
mengecapnya dengan cap kenabian.
Setelah itu
mereka menimbangnya. Ternyata beliau
mengungguli
seribu orang dari umatnya, umat pilihan.
Beliau
tumbuh dengan sifat-sifat yang paling sempurna
sejak
kanak-kanaknya. Kemudian Halimah
mengembalikannya
kepada ibunya meskipun merasa
berat dengan
pengembalian itu. Itu ia lakukan
karena takut
beliau mengalami malapetaka yang dikhawatirkannya.
Halimah
datang kepada beliau pada hari-hari
setelah
beliau menikah dengan Khadijah, seorang
nyonya yang
baik (budi dan rupanya). Lalu ia menerima
pemberian
yang banyak dari beliau. Halimah
juga datang
kepada beliau pada Perang Hunain,
lalu beliau
bangun menemuinya, dan ia pun memperoleh
pemberian
yang banyak. Beliau bentangkan
kebajikan
dan kedermawanan untuknya dari selendangnya
yang mulia.
Menurut
pendapat yang shahih, Halimah telah
masuk Islam
bersama suaminya dan anak-cucunya.
Dan
sekelompok perawi terpercaya memasukkan
keduanya ke
dalam golongan sahabat.
***
Ketika
beliau mencapai usia empat tahun, ibunya
berangkat
dengannya ke Madinah. Kemudian ia
kembali lalu
wafat di Abwa’ atau Syi‘bul Hajun. Lalu
beliau
dibawa oleh pengasuhnya, Ummu Aiman Al-
Habasyiah,
yang nantinya beliau nikahkan dengan
Zaid bin
Haritsah, maula (bekas budak) beliau.
Ummu Aiman
memasukkan beliau ke tempat
kakeknya,
Abdul Muthalib. Maka Abdul Muthalib
memeluknya
dan ia sangat sayang kepadanya. Lalu
ia berkata,
“Sesungguhnya anakku (cucuku) ini mempunyai
kedudukan yang
sangat tinggi, maka beruntunglah
orang yang
menghormati dan memuliakannya.”
Beliau, yang
enggan mengadu, tidak pernah
mengadu
lapar dan haus di waktu kanak-kanak.
Sering kali
beliau pergi di waktu pagi lalu beliau
minum
(sebagai pengganti makan) air zamzam,
sehingga
membuatnya kenyang dan segar.
Ketika
kematian menjemput kakeknya, Abdul
Muthalib,
pamannya, saudara kandung ayahnya,
Abu Thalib,
menanggungnya, dengan memeliharanya.
Ia
melaksanakan penanggungan itu dengan
kemauan
keras dan penuh semangat. Abu Thalib
mendahulukan
beliau dibandingkan dirinya dan
anak-anaknya,
dan ia juga mendidiknya.
Saat beliau
mencapai umur dua belas tahun,
pamannya
membawanya pergi ke negeri Syam.
Pendeta
Buhaira mengenalnya karena sifat kenabian
yang ada
pada diri beliau. Dan ia berkata, “Aku
yakin,
beliau adalah pemimpin seluruh alam, utusan
Allah, dan
nabi-Nya. Pohon dan batu sujud kepadanya,
padahal
keduanya tidak sujud kecuali kepada
nabi yang
selalu kembali kepada Allah. Sesungguhnya
kami
mendapati sifatnya di dalam kitab samawi
yang
terdahulu.” Di antara kedua bahunya terdapat
cap kenabian
yang telah diratai oleh cahaya.
Pendeta itu
menyuruh pamannya untuk mengembalikannya
ke Makkah,
karena mengkhawatirkan
beliau dari
perlakuan para pemeluk agama Yahudi.
Maka Abu Thalib
membawa pulang beliau dari Syam
yang suci
tidak melalui Bashrah.
***
Ketika
mencapai usia dua puluh lima tahun, beliau
berpergian
ke Bashrah untuk memperdagangkan
barang-barang
Khadijah, seorang wanita yang
tertutup
(karena selalu di rumah). Beliau ditemani
budak
laki-laki Khadijah, Maisarah, untuk membantu
beliau.
Dalam
perjalanan, beliau singgah di bawah pohon
di depan
biara Nastura, seorang pendeta Nasrani.
Pendeta itu
mengenalnya karena bayangan
pohon
condong kepadanya dan melindunginya.
Sang pendeta
berkata, “Tidaklah singgah di pohon
ini kecuali
seorang nabi yang mempunyai sifat yang
bersih dan
seorang rasul (utusan) yang telah dikhususkan
dan diberi
keutamaan oleh Allah Ta`ala.”
Kemudian
pendeta itu berkata kepada Maisarah,
“Apakah pada
kedua matanya terdapat tanda
kemerah-merahan
yang menunjukkan tanda yang
tersembunyi
(samar)?”
Maisarah
menjawab, “Ya.”
Maka
benarlah apa yang diduga dan dimaksudkan
oleh pendeta
itu tentang beliau.
Pendeta itu
lalu berkata kepada Maisarah, “Janganlah
kamu
berpisah darinya, dan bersamanyalah
kamu dengan
niat yang benar dan maksud yang
baik, karena
ia termasuk orang yang dimuliakan dan
dipilih oleh
Allah Ta`ala dengan kenabian!”
Kemudian
beliau pun kembali ke Makkah.
Khadijah,
yang sedang bersama perempuanperempuan
lain di
dalam kamar, melihatnya datang.
Dua malaikat
telah menaungi kepalanya yang mulia
dari
teriknya matahari. Maisarah memberitahukan
kepada
Khadijah bahwasanya ia pun melihat hal itu
dalam
seluruh perjalanannya. Ia juga memberitahukan
apa yang
dikatakan oleh pendeta itu dan pesan
yang
disampaikannya. Allah melipatgandakan keuntungan
dalam
perdagangan itu dan mengembangkannya.
Jelaslah
bagi Khadijah mengenai apa yang telah
dilihat dan
didengarnya bahwa beliau adalah utusan
Allah Ta‘ala
kepada manusia, yang telah ditentukan
oleh Allah
Ta‘ala dekat kepada-Nya dan dipilih-
Nya. Maka
Khadijah meminangnya untuk dirinya
agar ia
dapat menghirup harum-haruman yang menyegarkan
dari
keimanan kepadanya.
Lalu beliau
memberitahukan kepada pamanpamannya
mengenai apa
yang disampaikan oleh
wanita yang
baik dan taqwa itu. Mereka senang
kepada
Khadijah karena keutamaan, agama, kecantikan,
harta benda,
kebangsawanan, dan asal keturunannya.
Masing-masing
orang dari kaum itu
menginginkannya.
Abu Thalib meminang dan memujinya
setelah
memuji Allah dengan pujian yang
tinggi. Dan
ia mengatakan, “Dia (Muhammad), demi
Allah,
mempunyai berita yang besar yang perjalanannya
itu
terpuji.”
Lalu ayah
Khadijah mengawinkan dengan beliau.
Tapi ada
yang mengatakan pamannya, ada pula
yang mengatakan
saudaranya. Kebahagiaannya
yang azali
telah ditentukan. Dan ia melahirkan semua
putra-putri
Nabi SAW, kecuali putra beliau yang
beliau
namakan Ibrahim.
***
Ketika
beliau mencapai umur tiga puluh lima
tahun, suku
Quraisy membangun kembali Ka‘bah
karena
keretakan dindingnya disebabkan oleh banjir
Makkah.
Mereka
bersengketa mengenai pengangkatan
Hajar Aswad.
Masing-masing berharap mengangkatnya.
Besarlah
pembicaraan dan omongan mereka,
dan mereka
saling bersumpah untuk berperang
karena
kuatnya kefanatikan itu.
Kemudian
mereka saling mengajak untuk insaf
dan
menyerahkan urusan mereka kepada orang
yang
mempunyai pendapat yang benar dan halus.
Mereka
memutuskan, hal itu diserahkan kepada
orang yang
pertama masuk dari pintu Sadanah Syaibiyah.
Ternyata
Nabi SAW yang pertama kali masuk.
Maka mereka
mengatakan, “Ini orang yang terpercaya.
Kami semua
menerima dan meridhainya.”
Maka mereka
memberitakan bahwa mereka ridha
kepadanya
untuk menjadi pengambil keputusan dalam
hal yang
mendesak ini.
Lalu beliau
meletakkan Hajar Aswad itu di selembar
kain,
kemudian beliau memerintahkan semua
kabilah
untuk mengangkatnya. Lalu mereka
mengangkat
ke tempatnya pada sendi bangunan
itu. Beliau
meletakkannya dengan tangannya yang
mulia di
tempatnya.
***
Ketika genap
empat puluh tahun usia beliau,
menurut
pendapat yang paling diterima oleh orangorang
yang
memiliki ilmu, Allah Ta‘ala mengutusnya
sebagai
pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan
kapada seluruh alam. Lalu beliau meratai
mereka
dengan rahmat.
Itu dimulai
dengan mimpi yang baik dan jelas
sampai
sempurna enam bulan. Beliau hanya melihat
ada seperti
sinar subuh datang memancarkan sinarnya.
Dimulainya
impian itu sebagai latihan bagi kekuatan
manusia agar
tidak terkejut dengan kehadiran
malaikat
yang mengabarkan kenabiannya sehingga
beliau tidak
kuat.
Beliau
disenangkan untuk bersunyi diri. Beliau
beribadah di
Gua Hira selama beberapa malam,
sampai
datang kebenaran yang jelas dan sempurna
kepadanya.
Itu terjadi pada hari Senin tanggal tujuh
belas, bulan
yang mengandung Lailatul Qadr (bulan
Ramadhan).
Terdapat perbedaan pendapat mengenai
itu. Yaitu
dua puluh tujuh, dua puluh empat, atau
dua puluh
delapan, bulan kelahirannya, yang padanya
muncul wajah
yang bagaikan bulan purnama
(bulan
Rabi‘ul Awwal).
Kemudian malaikat
berkata kepadanya, “Bacalah!”
Beliau
mengatakan, “Aku tidak dapat membaca.”
Maka
malaikat mendekapnya kuat-kuat dan
berkata lagi
kepadanya, “Bacalah!”
Beliau tetap
mengatakan, “Aku tidak dapat membaca.”
Malaikat
mendekapnya untuk kedua kalinya sehingga
beliau
kepayahan, dan berkata lagi kepadanya,
“Bacalah!”
Beliau tetap
mengatakan, “Aku tidak dapat membaca.”
Maka
malaikat mendekapnya ketiga kalinya agar
beliau
menghadap kepada apa yang akan disampaikan
kepadanya
dengan tekad bulat. Beliau menghadap
dan menerima
dengan sungguh-sungguh.
Kemudian
wahyu terputus selama tiga tahun atau
tiga puluh
bulan, agar beliau rindu kepada embusanembusan
yang harum.
Lalu diturunkan kepada beliau
surah
Al-Muddatstsir. Kemudian Jibril datang
kepadanya
dan memanggilnya.
Bagi
kenabiannya, didahulukannya ucapan Iqra’
bismi
rabbika (Bacalah dengan nama Tuhanmu)
merupakan
bukti bahwa surah itu adalah yang terdahulu
dan
kedahuluan atas risalahnya dengan
kabar
gembira bagi orang yang diserunya.
**
Orang yang
pertama beriman kepadanya dari
kalangan
laki-laki dewasa adalah Abu Bakar, teman
di dalam gua
dan orang yang membenarkannya.
Dari
kalangan remaja adalah Ali. Dari kalangan
wanita
adalah Khadijah, yang telah diteguhkan dan
dijaga
hatinya oleh Allah. Dari kalangan bekas budak
adalah Zaid
bin Haritsah. Dan dari kalangan hamba
sahaya
adalah Bilal, yang disiksa Umayah karena
ia beriman
kepada Allah. Dan tuannya yang kemudian,
yaitu Abu
Bakar Ash-Shiddiq, memberinya
kenikmatan
berupa kebebasan.
Kemudian
masuk Islam pulalah Utsman, Sa‘d, Sa‘id,
Thalhah,
Ibnu Auf (Abdurrahman), dan putra bibinya,
Shafiyah.
Dan orang lain yang diberi minum oleh Ash-
Shiddiq yang
bagaikan jernihnya khamr pembenaran.
Ibadah
beliau dan para sahabatnya terus berlangsung
tersembunyi.
Sampai diturunkan kepada
beliau
Fashda‘ bima tu’mar (Maka sampaikanlah
olehmu
secara terang-terangan apa yang diperintahkan
kepadamu).
Oleh karena itu, beliau terangterangan
menyeru
makhluk kepada Allah. Dan kaumnya
tidak
menjauhinya sehingga beliau mencela
berhala
mereka dan beliau memerintahkan untuk
menolak
selain Tuhan, Yang Maha Esa.
Maka mereka
berani memusuhi dan menyakiti
beliau.
Beratlah cobaan atas muslimin, sehingga
mereka pada
tahun kelima (dari kenabian) hijrah ke
Najasyiyah
(Ethiopia). Namun pamannya, Abu Thalib,
sangat
menyayanginya. Maka masing-masing orang
dari kaum
itu takut dan menjaganya.
Diwajibkan
atasnya melakukan ibadah di
sebagian
waktu malam. Kemudian dinasakh dengan
firman-Nya
(yang artinya), “Maka bacalah apa yang
mudah
(bagimu) dari Al-Quran dan dirikanlah shalat.”
Dan
difardhukan atasnya dua rakaat di pagi hari dan
dua rakaat
di sore hari. Kemudian dinasakh dengan
diwajibkannya
shalat lima waktu pada malam Isranya.
Abu Thalib
meninggal dunia pada pertengahan
bulan
Syawwal tahun kesepuluh dari kenabian.
Karena
kematiannya itu, makin besarlah musibah
itu baginya.
Tiga hari kemudian Khadijah menyusulnya,
maka sangat
kuatlah cobaan atas kaum muslimin,
seperti
kencangnya ikat pinggang. Suku Quraisy
menimpakan
kepada beliau setiap hal yang
menyakitkan.
Lalu beliau
pergi ke Thaif, mengajak Tsaqif (Bani
Tsaqif),
namun mereka tidak memenuhinya dengan
baik. Mereka
memanas-manasi orang-orang bodoh
dan hamba
sahaya sehingga mereka memakinya
dengan
kata-kata kotor. Juga melemparinya dengan
batu,
sehingga darah menetes hingga melumuri
kedua
sandalnya.
Kemudian
beliau kembali ke Makkah dengan
sedih, lalu
malaikat penjaga gunung meminta kepadanya
untuk
mengizinkannya menghancurkan
penghuninya
yang fanatik.
Namun beliau
bersabda, “Sesungguhnya aku
berharap
agar Allah mengeluarkan dari tulang punggung
mereka
orang-orang yang mengurusi agama-
Nya.”
***
Kemudian
beliau dijalankan di malam hari dengan
ruh dan
tubuhnya dalam keadaan jaga dari
Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha dan serambinya
yang suci.
Dan beliau dimi‘rajkan (dinaikkan) ke langit.
Lalu beliau
melihat Adam di langit pertama, yang
telah
diagungkan dan ditinggikan oleh kebesarannya.
Di langit
yang kedua beliau melihat Isa bin Maryam,
gadis yang
bakti dan bersih, dan putra bibinya
(dari ibu),
Yahya, yang telah diberi hikmah ketika
masih
kanak-kanak. Di langit yang ketiga beliau melihat
Yusuf dengan
romannya yang tampan. Di langit
yang keempat
beliau bertemu Idris, yang kedudukannya
diangkat dan
ditinggikan oleh Allah.
Di langit
yang kelima beliau bertemu Harun, yang
dicintai di
kalangan umat Bani Israil. Di langit keenam
beliau
melihat Musa, yang telah diajak berbicara oleh
Allah Ta‘ala
dan ia bermunajat kepada-Nya. Dan di
langit yang
ketujuh beliau melihat Ibrahim, yang telah
datang
kepada Tuhannya dengan hati yang bersih
dan maksud
yang baik. Dan Tuhan telah memelihara
dan
menyelamatkannya dari api Namrudz.
Kemudian
beliau dinaikkan, diangkat ke Sidratul
Muntaha
sampai beliau mendengar deritan qalam
(pena)
mengenai urusan-urusan yang ditetapkan.
Sampai ke
maqam keterbukaan tirai dan beliau
didekatkan
oleh Allah pada-Nya. Dan Dia hilangkan
baginya
tirai cahaya-cahaya keagungan. Allah perlihatkan
kepadanya
dengan kedua mata kepalanya
apa yang Dia
perlihatkan dari hadirat ketuhanan. Dan
Dia
hamparkan baginya hamparan pengambilan
dalil.
Allah
memfardhukan atasnya dan atas umatnya
lima puluh
kali shalat. Kemudian awan anugerah itu
muncul
sehingga dikembalikan kepada shalat lima
waktu. Lima
waktu itu mendapat pahala lima puluh
kali shalat
sebagaimana Dia kehendaki dan tetapkan
pada azali.
Kemudian
beliau kembali malam itu juga, lalu
Ash-Shiddiq
membenarkan Isra-nya itu. Begitu juga
setiap yang
mempunyai akal dan pemikiran. Tetapi
suku Quraisy
mendustakannya dan menjadi murtadlah
orang yang
disesatkan oleh setan dan digelincirkannya.
***
Kemudian
pada musim haji beliau sampaikan
kepada
kabilah-kabilah bahwa beliau adalah rasulullah,
utusan
Allah. Lalu berimanlah enam orang dari
golongan
Anshar yang Allah khususkan mereka
dengan
keridhaan-Nya.
Pada tahun berikutnya,
dua belas orang laki-laki
di antara
mereka berhaji dan berbai‘at dengan bai‘at
yang
sebenarnya. Kemudian mereka pulang. Maka
Islam muncul
di Madinah, yang menjadi tempat berlindung
dan tempat
menetapnya.
Pada tahun
ketiga, datanglah tujuh puluh tiga
atau tujuh
puluh lima pria dan dua orang wanita dari
Kabilah Aus
dan Khazraj. Lalu mereka berbai‘at kepadanya
dan beliau
mengangkat dua belas orang
sebagai
kepala. Maka orang yang beragama Islam
dari Makkah
hijrah kepada mereka. Mereka meninggalkan
tanah air
karena menginginkan apa yang
dijanjikan
bagi orang yang meninggalkan kekafiran
dan
menjauhinya.
Suku Quraisy
takut beliau segera menyusul sahabat-
sahabatnya.
Maka mereka berunding untuk
membunuhnya,
namun Allah memelihara dan menyelamatkannya
dari tipu
daya mereka.
Lalu beliau
diizinkan untuk berhijrah. Orangorang
musyrik
mengintainya agar mereka dapat menempatkan
beliau ke
lahan kematian menurut anggapan
mereka. Lalu
beliau keluar dan menaburkan
debu di atas
kepala mereka.
Beliau
menuju ke Gua Tsaur dan Abu Bakar Ash-
Shiddiq
beruntung dapat menyertai beliau. Mereka
berdua
tinggal di dalamnya selama tiga hari, dan
burung-burung
merpati dan laba-laba menjaganya.
Kemudian
keduanya keluar pada malam Senin.
Beliau naik
sebaik-baiknya kendaraan (unta).
Suraqah
mengejarnya, lalu beliau berdoa dan
memohon
kepada Allah. Maka kaki-kaki binatang
yang dinaiki
Suraqah itu masuk ke dalam tanah yang
keras dan
kuat. Dan Suraqah memohon ampun
kepada
beliau, maka beliau pun mengampuni.
***
Di Qudaid,
beliau melewati tempat tinggal Ummu
Ma‘bad,
seorang wanita Khuza‘ah. Beliau ingin membeli
daging atau
susu darinya, namun tidak ada lagi.
Lalu beliau
melihat kambing di rumahnya telah
ditinggalkan
dari penggembalaan karena telah
payah.
Beliau meminta izin kepadanya untuk memerah
kambing itu.
Wanita itu
mengizinkan dan berkata, “Seandainya
pada kambing
itu ada susunya, niscaya kami
mendapatkannya.”
Kemudian
beliau mengusap susu kambing itu
dan berdoa
kepada Allah, Tuhannya. Maka kambing
itu
mengalirkan susu, lalu beliau memerah dan mem-
beri minum
serta menyegarkan setiap orang dari
kaum itu.
Lalu beliau memerah, memenuhi bejana,
dan
meninggalkannya pada wanita itu.
Tak lama
kemudian datanglah Abu Ma‘bad, sang
suami, dan
ia melihat susu itu. Hal itu benar-benar
membuatnya
sangat heran. Ia bertanya, “Dari manakah
susumu ini?
Padahal, tidak ada kambing perah
di rumah ini
yang dapat meneteskan air susu?”
Wanita itu
menjawab, “Seorang laki-laki penuh
berkah,
demikian dan demikian tubuhnya, melewati
tempat
tinggal kita.”
Ia berkata,
“Ini adalah orang Quraisy.” Dan ia bersumpah
dengan
sebenarnya bahwa, seandainya ia
melihatnya,
niscaya ia akan beriman, mengikuti, dan
mendekatinya.
Beliau tiba
di Madinah pada hari Senin tanggal
12 bulan
Rabi‘ul Awwal, dan bersinarlah penjurupenjuru
kota ini
yang suci. Orang-orang Anshar
menjemput
beliau, lalu beliau singgah di Quba’ dan
membangun
masjidnya atas dasar ketaqwaan.
***
Beliau
adalah manusia yang paling sempurna bentuk
tubuhnya,
perangainya, memiliki tubuh dan sifat-sifat
yang luhur.
Ukuran tubuhnya sedang, putih kemerahmerahan
warna
kulitnya, lebar matanya, bercelak, tebal
bibirnya,
kedua alisnya tipis dan panjang. Gigi serinya
renggang,
mulutnya lebar dan bagus. Dahinya lebar
dan berdahi
bulan muda. Datar pipinya, hidungnya tampak
sedikit
tinggi dan mancung. Berdada bidang, telapak
tangannya
lebar, tulang persendiannya besar, daging
tumitnya
sedikit, jenggotnya tebal, kepalanya besar,
rambutnya
sampai ke daun telinga.
Di antara
bahunya terdapat cap kenabian yang
telah
diratai oleh cahaya. Peluhnya jernih bagaikan
mutiara, dan
baunya lebih semerbak daripada harumnya
katsuri.
Cara jalan
beliau tenang, seolah-olah beliau turun
dari tempat
yang tinggi. Bila beliau menjabat tangan
orang dengan
tangannya yang mulia, orang itu mendapati
bau semerbak
darinya sepanjang hari.
Bila beliau
meletakkan tangannya di atas kepala
anak-anak,
diketahuilah sentuhannya pada anak itu
di tengah
anak-anak lainnya (Bila anak yang telah
disentuh
kepalanya itu kembali bermain dengan
kawan-kawannya,
dapat diketahui mana anak yang
baru diusap
kepalanya karena harumnya).
Wajah beliau
yang mulia cemerlang seperti
cemerlangnya
bulan di malam purnama. Orang yang
menyifatinya
berkata, “Aku tidak melihat sebelum dan
sesudahnya
orang yang seperti dia. Dan tidak ada
pula manusia
yang melihat sepertinya.”
***
Beliau
seorang yang sangat pemalu dan rendah
hati. Beliau
mengesol sendiri sandalnya, menambal
pakaiannya,
dan memerah kambingnya. Beliau
melayani
keluarganya dengan perilaku yang baik.
Beliau
mencintai orang-orang fakir miskin dan
duduk
bersama mereka, menjenguk orang-orang sakit
di antara
mereka, mengiringi jenazah mereka, tidak
menghina
orang fakir dan tidak membiarkannya fakir.
Beliau
menerima alasan, dan tidak menghadapi
seseorang
dengan sesuatu yang tidak disukai.
Beliau
berjalan dengan janda-janda dan hamba
sahaya.
Beliau tidak takut kepada raja-raja, dan
beliau marah
karena Allah Ta‘ala dan ridha karena
keridhaan-Nya.
Beliau
berjalan di belakang para sahabatnya dan
bersabda,
“Kosongkanlah belakangku untuk Malaikat
Ruhaniyah!”
Beliau mengendarai unta, kuda,
baghal
(peranakan kuda dan keledai), dan keledai
yang
dihadiahkan oleh sebagian raja kepadanya.
Beliau
ikatkan batu di perutnya karena lapar,
padahal
beliau telah diberi kunci-kunci perbendaharaan
bumi.
Gunung-gunung merayunya untuk menjadi
emas
baginya, namun beliau menolaknya. Beliau
menyedikitkan
hal-hal yang berkaitan dengan dunia.
Beliau
memulai salam kepada orang yang bertemu
dengannya.
Beliau
panjangkan shalat dan beliau pendekkan
khutbah Jum’at.
Beliau simpati kepada orang-orang
mulia,
beliau hormati orang-orang utama. Beliau bergurau
tetapi tidak
mengatakan kecuali yang benar
yang disukai
oleh Allah Ta‘ala.
Di sini kami
hentikan perkataan-perkataan baik
yang berisi
penjelasan-penjelasan. Dan sampailah
penghabisan
seluruh bacaan dalam menjelaskan
perihal Nabi
Muhammad dengan terang.
***
Ya Allah,
wahai Dzat yang kedua tangan-Nya
terbuka
dengan pemberian, wahai Dzat yang apabila
diangkat
telapak-telapak tangan hamba kepada-Nya,
Dia mencukupinya,
wahai Dzat yang mahasuci dalam
dzat dan
sifat-Nya, Yang Maha Esa dari adanya sesuatu
yang
menyamai dan menyerupai-Nya, wahai Dzat yang
tersendiri
(satu-satunya) dengan kekekalan, keterdahuluan
(dan tanpa
permulaan), dan azali, wahai Dzat yang selain-Nya tidak diharapkan, dan
selain-Nya tidak
dimintai
pertolongan, wahai Dzat yang manusia
bersandar
kepada kekuasaan-Nya yang terusmenerus,
dan Dia
memberikan petunjuk dengan
kemurahan-Nya
kepada orang yang memohon
petunjuk-Nya...
kami mohon kepada-Mu, ya Allah,
dengan
cahaya-cahaya-Mu yang suci dari segala
kekurangan,
yang menghilangkan gelap gulitanya keraguan,
dan kami
bertawasul kepada-Mu dengan
kemuliaan
diri Nabi Muhammad, nabi yang terakhir
dalam
bentuknya dan yang paling awal dalam hakikatnya,
juga dengan
para keluarganya, bintang-bintang
keamanan dan
perahu keselamatan, serta para sahabatnya
yang
mempunyai petunjuk dan keutamaan,
yang
menyerahkan jiwa mereka kepada Allah karena
mencari
anugerah dari-Nya, juga para pembawa syariat
beliau yang memiliki
riwayat-riwayat dan kekhususan,
yang merasa
senang dengan nikmat dan karunia
dari
Allah... agar Engkau memberi petunjuk
kepada kami
supaya dapat ikhlas dalam perkataan
dan
perbuatan, dan Engkau luluskan apa yang dicari
dan
dicita-citakan setiap orang yang hadir, dan Engkau
selamatkan
kami dari tawanan nafsu dan penyakitpenyakit
hati, dan
Engkau wujudkan harapan-harapan
yang kami
prasangkakan terhadap-Mu, dan Engkau
pelihara
kami dari segala kegelapan hati dan cobaan.
Janganlah
Engkau jadikan kami termasuk golongan
orang yang
ditunggangi hawa nafsu. Dan
kami mohon
agar Engkau dekatkan kepada kami,
buah yang
mudah diambilnya dan sudah matang
karena
keyakinan yang baik, dan agar Engkau
hapuskan
dari kami setiap dosa yang kami perbuat,
dan agar
Engkau tutup masing-masing dari kami
akan
cacatnya, kelalaiannya, dan kebingungannya,
dan agar
Engkau mudahkan bagi kami baiknya amal
yang
bagian-bagian puncaknya itu sulit, dan agar
Engkau
ratakan kepada kami perbendaharaan
karunia-Mu
yang mulia, dengan rahmat dan ampunan-
Mu, dan agar
Engkau kekalkan kekayaan kami
dengan tidak
membutuhkan selain Engkau.
Ya Allah,
amankanlah kami dari hal-hal yang
menakutkan,
perbaikilah para pemimpin dan rakyat.
Besarkanlah
pahala bagi orang yang melakukan
kebaikan
pada hari ini.
Ya Allah,
jadikanlah negeri ini dan seluruh negeri
Islam aman
dan makmur. Siramilah kami dengan
hujan yang
aliran hujan itu merata kepada tanah
datar dan
bukitnya.
Ampunilah
penggubah burdah yang baik dan
berkenaan
dengan kelahiran Nabi ini, Sayyidina
Ja‘far, yang
nasabnya sampai kepada Al-Barzanji.
Dan
wujudkanlah baginya kebahagiaan, harapan,
dan
cita-cita dekat dengan-Mu. Dan jadikanlah tempat
peristirahatan
dan tempat tinggalnya bersama
orang-orang
yang didekatkan kepada-Mu. Tutuplah
cacatnya, kelemahannya,
keterbatasannya, dan
kebingungannya.
Dan ampunilah pula penulisnya,
pembacanya,
dan orang yang mendengarkannya.
Berilah
rahmat dan kesejahteraan atas orang
yang pertama
menerima tajalli dari hakikat keseluruhan,
yaitu Nabi
Muhammad. Juga atas keluarganya,
sahabatnya,
serta orang yang menolong dan
memuliakannya
selama telinga dihiasi dengan
anting-anting
permata karena mendengarkan untaian kata tentang sifat-sifat beliau.
Dan hiasilah
para
tokoh
majelis atas yang lainnya dengan sifat-sifatnya.
Rahmat dan
kesejahteraan yang paling sempurna
semoga
senantiasa tercurah atas junjungan
kami, Nabi
Muhammad, penutup para nabi, serta
keluarga dan
sahabatnya semua.
Mahasuci
Tuhanmu, wahai Nabi, Yang memiliki
kemuliaan
dari sesuatu yang mereka (orang-orang
kafir)
sifatkan. Semoga kesejahteraan juga senantiasa
terlimpah
atas para rasul. Segala puji itu milik
Allah, Tuhan
sekalian alam.